Selasa, 30 Desember 2014

Dayah Darussalam, Pusat Kajian Tauhid dan Tasawuf Tertua di Pantai Barat Selatan Aceh


Di Kota Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan, terdapat sebuah pondok pasantren (dayah) yang menjadi pusat kajian ilmu Tauhid dan Tasawuf tertua di Barat Selatan Aceh. Bernama Darussalam, dayah tersebut didirikan oleh Syeik Abuya Muda Waly Al-Khaldy pada 1942 silam .
Abuya Syech Muda Waly merupakan anak bungsu pasangan Syeikh Haji Muhammad Salim bin Malin Palito dan Janadar bin Nya’ Ujud yang lahir pada tahun 1917 di Desa Blang Poroh, yang telah meninggal dunia tahun 1961 dalam usia 44 tahun. Ulama Aceh ini merupakan lulusan dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Dayah Darussalam, bukan hanya telah tersohor di seluruh penjuru nusantara, melainkan juga hingga ke sejumlah negara-negara islam lainnya, baik di Asia maupun Eropa. Hal itu dibuktikan dari keberadaan santri-santri di pondok pasantren tersebut yang berasal dari berbagai daerah, serta sering dikunjungi oleh ulama-ulama islam terkemuka, baik dalam dan luar negeri.
Dayah ini telah melahirkan ribuan pemuka agama di Aceh, yang sebagiannya telah berhasil mendirikan pondok pesantren baik di Aceh, maupun daerah lainnya di Indonesua. Selain tiu, lulusan dayah ini juga sebahagiannya berhasil menjadi pejabat-pejabat daerah seperti bupati dan wali kota di Aceh.
Abuya Tgk. Syech H. Jamaluddin Wali, yang kini memimpin Dayah Darussalam tersebut ketika ditemui acehonline.info, Senin (29/7) mengutarakan, selama bulan suci Ramadhan, tidak kurang dari seribu dua ratus jemaah setiap tahunnya melakukan ibadah suluk (Ibadah Zikir untuk mendekatkan diri kepada Allah) di Dayah Darussalam.
“Para jemaah suluk tidak hanya berasal dari Aceh, tetapi juga dari daerah-daerah luar Aceh lainnya,” ujar Abuya Jamaluddin.
Selain para jemaah suluk, Abuya menyatakan, banyak pengunjung lainnya yang berdatangan untuk melihat aktivitas di Dayah Darussalam, serta untuk berziarah ke makam (alm) Syeikh Abuya Muda Waly Al- Khalid dan (Alm) Abuya Prof Dr Tgk H Muhibuddin Waly.
“Walaupun pesantren ini merupakan pesantren yang cukup dikenal oleh masyarakat Aceh, namun sampai saat ini perhatian pemerintah sangat minim untuk dayah ini,” ujar Abuya Jamaluddin.
Asrama santriwati yang dibangun 3 tahun lalu dengan dana aspirasi anggota dewan, Abuya menjelaskan, hingga kini masih terbengkalai dan belum terselesaikan.
“Pembangunan asrama berlantai dua itu baru sebatas pembangunan pondasi dan tiang. Kondisi ini mengakibatkan para santriwati terpaksa tinggal di bangunan darurat dan tidak layak huni, hanya berdinding papan dan atap beratap rumbia,” imbuh Abuya Jamaluddin.
Abuya berharap, Pemerintah Aceh khususnya Pemkab Aceh Selatan dapat mencurahkan perhatiannya, terhadap pembangunan sarana dan prasana di Dayah Darussalam, agar proses kegiatan pembelajaran ilmu agama di pondok pasantren tersebut, dapat berjalan dengan baik.
“Semoga saja pemerintah dapat membuka dan terketuk hatinya, untuk mengucurkan sedikit bantuan dan mengunjungi kami disini,” imbuh salah seorang Ulama terkemuka Aceh ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar