Selasa, 30 Desember 2014

Terorisme dalam kaca mata Islam

teror
Assalamu’alaikum….
Bung Rizki, sy bingung dengan aksi terorisme dimana terkadang dibelakangnya pelakunya orang muslim , seperti dahulu ada tokoh namanya Noordin M Top cs sering dalam tindakannya menggunakan dalil Al Qur’an…sehingga kesannya yg disampaikan dan tindakannya ada benarnya, namun disisi lain banyak umat islam mengecam aksi terorisme dan menilai hal tersebut melenceng dari ajaran islam, jadi bagaimana kita harus bersikap dalam hal ini? jelasnya…mana/siapa yang benar? maaf susunan katanya agak rancu… Terima kasih….
Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabaralatuh,
NK yang dirahmati Allah Swt. Sebelum kita masuk ke dalam inti pertanyaan Anda, ada baiknya kita menengok dulu istilah “terorisme” yang sekarang ngetrend lagi paska pemboman dua hotel Amerika di Kuningan, Jakarta, kemarin.
Sekarang, istilah “Terorisme” diartikan sebagai “Tindakan meneror, merusak, dan menghancurkan segala hal yang berhubungan dengan kepentingan AS”. Sebab itu “Dunia” menyatakan jika HAMAS adalah teroris, Muslim Moro adalah teroris, dan sebagainya. Sedang Zionis-Israel yang jelas-jelas Dajjal itu tidak disebut teroris. Kaum NeoLib yang jelas-jelas sejak tahun 1967 menjual murah bangsa ini kepada imperialisme asing Yahudi Internasional, juga tidak dikatakan sebagai teroris, padahal dampaknya sangat dahsyat ribuan kali ketimbang semua pemboman yang pernah terjadi di Indonesia. Istilah Terorisme memang dijadikan AS sebagai istilah pengganti untuk “Common-Enemy” setelah istilah “Cold War” atau “The Red Devil” tidak laku lagi.
Nah, jika benar pelaku pemboman yang anda tanyakan seperti Noordin M Top cs , maka perbuatan itu jelas tidak benar dalam kacamata syariah Islam, walau dalil yang dipakai ayat-ayat Qur’an. Hal ini biasa terjadi. Bukankah dukun dan paranormal saja melakukan kemusyrikan juga menggunakan ayat-ayat dari kitab yang sama? Dan bahkan banyak politisi yang juga jualan ayat Qur’an namun niatnya bukan untuk dakwah, sekadar untuk meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga dan kelompoknya. Juga banyak ayat-ayat Qur’an digunakan untuk menipu umat. Kemarin kita semua bisa melihat bagaimana ayat-ayat Qur’an digunakan untuk mendukung pemimpin yang tidak mau membubarkan ajaran sesat Ahmadiyah, yang berarti dia tidak mau mematuhi perintah Allah Swt. Padahal Rasulullah SAW jelas-jelas mewajibkan umat-Nya untuk memerangi nabi-nabi palsu seperti si ghulam ahmad itu samai ke akar-akarnya. Semuanya ini jelas sesat.
Peperangan dalam Islam bersifat membebaskan, yakni pembebasan manusia dari penghambaan kepada selain Allah SWT. Perang dalam Islam sangat bersifat adil, tidak sembarangan, tidak boleh membunuh non-kombatan, tidak boleh merusak pepohonan, tidak boleh berlebihan, dan sebagainya. Jadi, perang ekonomi ya hadapilah dengan perlawanan ekonomi juga (boikot produk pro-Zionis misalkan seperti yang difatwakan Dr. Yusuf Qaradhawy), perang pemikiran ya hadapilah dengan perlawanan di bidang pemikiran juga, dan perang dengan meriam dan tank ya baru dihadapi dengan senjata yang seimbang.
Apa yang dilakukan teroris dengan meledakkan bom dua kali di Bali dan sekian kali di Kuningan dan ditempat lainnya , jelas suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan dalam syarat-syarat peperangan dalam Islam. Benar jika Bali dipenuhi oleh turis dari Barat, benar jika JW Marriot dan Ritz Carlton milik Amerika, tapi apakah mereka memerangi umat Islam dengan bom dan peluru? Di Indonesia jelas tidak. Kalau pun mereka memerangi umat Islam, paling-paling dengan perang ekonomi dan pemikiran, maka harusnya dihadapi juga dengan perlawanan di bidang ekonomi dan pemikiran, bukan dengan bom. Itu baru adil.
Sayangnya, kebanyakan umat Islam sekarang ini banyak yang menjadi umat yang reaktif, bukan umat yang aktif. Kita sangat tertinggal hampir dalam semua sektor dibandingkan dengan umat yang lain. Dulu di negeri ini, pernah ada gerakan dakwah yang militan dan lurus, menyampaikan al-haq dan melawan al-bathil dengan penuh izzah walau kepada penguasa sekali pun, sayang sekarang semuanya sudah sirna terbakar gemerlap kursi kekuasaan, sehingga yang haq bisa jadi bathil dan juga sebaliknya. Yang model begini pun dengan menggunakan ayat-ayat Qur’an, sama seperti yang dilakukan dukun.
Kita sebagai umat Islam dalam memandang aksi-aksi terorisme di tanah air memang harus bersikap prihatin. Namun jangan salah, teroris yang membom dua sekian peristiwa di tanah air lalu itu “cuma” menewaskan sekian kecil jumlah orang. Ada teroris yang jauh lebih besar, lebih berbahaya, lebih ganas, lebih rakus, yakni teroris yang dilakukan dengan diam-diam, dengan penuh senyum, yang dilakukan para Neolib sejak empatpuluh tahun lalu di negeri ini.
Yang dianggap teroris, yang beraksi di tanah air ini adalah teroris kelas kacangan, sedangkan teroris yang menjajah negeri ini sejak empatpuluhan tahun lalu adalah teroris yang sesungguhnya, yang telah berhasil menipu jutaan orang. Korban yang jatuh akibat perbuatan mereka ini jumlahnya ratusan juta orang, dan berjalan dari generasi ke generasi. Yang belakangan inilah yang seharusnya lebih harus diwaspadai dan dilawan. Tapi itu, ya lawannya dengan adil dan bermartabat, sesuai dengan kaidah perang dalam Islam. (Rz)
Wallahu’alam bishawab. Wassalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar