Minggu, 28 Desember 2014

Dampak PD II Terhadap Dunia Penerbangan RI

Belanda sempat kesulitan mengirim pesawat sipil ke Nusantara saat Perang Dunia II pecah.
pesawat,perang dunia ii(Ilustrasi, Thinkstock)
Perang Dunia II yang melanda Eropa pecah pada September 1939. Perang kilat atau Blitzkrieg yang dilancarkan Jerman terhadap negara-negara tetangganya telah menyebabkan perusahaan penerbangan Belanda, KLM, menghentikan sebagian besar dari penerbangannya di Eropa.
Penerbangan timur jauh, termasuk Amersterdam - Jakarta PP yang telah dilayaninya dengan pesawat Douglas DC-3 terpaksa berakhir sampai di Naples (Napoli). Dengan alasan pesawat Douglas itu dilarang untuk diterbangkan di atas daerah atau negara yang sedang dilanda peperangan.
Ditambah lagi pesawat-pesawat itu harus diwarnai orange untuk membedakan pesawat udara sipil dari militer. Serangan bom yang dilancarkan Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) terhadap Belanda Schiphol dekat Amsterdam pada Mei 1940, tidak hanya mendatangkan kerusakan besar, tapi juga menghancurkan sebagian besar armada KLM.
Pasca-perang, dilakukan perbaikan dan pembangunan Bandara Schiphol. Demikian pula pembangunan kembali jaringan penerbangan KLM. Pada 10 November 1945, untuk pertama kali sesuai Perang Dunia II, bertolak sebuah pesawat udara Skymaster bermesin empat ke Jakarta.
Beberapa minggu kemudian, penerbangan tersebut dapat dilaksanakan secara tetap dan teratur dengan frekuensi empat kali dalam sepekan. Berhubung situasi dunia pada waktu itu belum pulih benar, pesawat tersebut dilengkapi dengan tanda-tanda militer atau Angkatan Udara sebagai sarana Dinas Angkutan Udara atau Keperluan Pemerintah (Regeringsvliegdienst).
Baru pada 1947, penerbangan tersebut ditangani sendiri dengan menggunakan tanda-tanda atau bendera KLM. Secara berangsur, meningkat pula frekuensi penerbangannya menjadi setiap hari (daily).
Simpatik Indonesia
Selama operasi penerbangan ke Timur Jauh dan Jakarta, KLM mengalami beberapa gangguan. Pada waktu itu ada beberapa negara yang terletak dalam jalur penerbangannya, menolak KLM untuk mengadakan pendaratan atau penerbangan melintasi negaranya.
Hal ini sebagai tanda unjuk-perasaan mereka mendukung perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaanya yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Pengalaman terpahit mereka alami ketika pertengahan tahun 1949. Armada KLM terpaksa mengambil jalur penerbangan keliling Mauritius, kira-kira 550 mil timur Pulau Madagaskar.
 angkasa.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar