Bagi para pegiat Hak Asasi Manusia, dokumen Magna Carta pastinya bukan sesuatu yang asing. Maklum saja, isi yang ada di dalamnya dianggap sebagai landasan serta pokok-pokok tentang hak asasi manusia.
Saat ini, terdapat empat salinan naskah asli Magna Carta, dan masing-masing salinan berada di tempat yang berbeda; dua salinan dimiliki oleh Perpustakaan Inggris, satu salinan kepunyaan Katedral Lincold, dan satu lagi berada di Katedral Salisbury.
Rencananya, pada 2015 mendatang Perpustakan Inggris akan membuat pameran tunggal untuk menyatukan keempat salinan yang tercecer tersebut. Acara itu sendiri akan berlangsung selama tiga hari sekaligus untuk merayakan 800 tahun dokumen sakti tersebut.
Selain untuk memperingati 800 tahun, pada acara tersebut diharapkan para peniliti Magna Carta dapat saling bertatap muka serta mencari kesepahaman terkait beberapa teks yang dianggap sudah mulai memudar.
Selain itu, para peneliti tersebut - yang kebanyakan sejarawan - dapat mencari petunjuk siapa penulis dokumen yang menginspirasi Revolusi Amerika Serikat.
Kurator senior untuk naskah kuno zaman pertengahan dan masa sebelumnya, Claire Breay, menyatakan, Magna Carta adalah barang paling populer dalam khazanah galeri perpustakaan, serta dihormati di belahan bumi mana pun yang memulai untuk membentuk pemerintahan yang berkonstitusi.
Piagam ini dikeluarkan oleh Raja John dalam rangka mengatasi krisisi politik yang menggelayut di langit kerajaan Inggris. Walaupun di era modern ini beberapa klausul ada yang dihapus, tidak lantas menghilangkan prinsip penting yang terkandung di dalamnya.
Secara terang-terangan, salah seorang uskup dari Katedral Salisbury memuji nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya, dan berharap dengan acara yang akan digagas pada 2015 itu bisa kembali meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan sosial dan piagam itu sendiri pastinya.
Seolah tidak mau kalah, sebagai bentuk penghormatan terhadap naskah itu, Katedral Lincoln berencana membangun Pusat Magna di kastil mereka.
(Moh. Habib Asyhad, )
Saat ini, terdapat empat salinan naskah asli Magna Carta, dan masing-masing salinan berada di tempat yang berbeda; dua salinan dimiliki oleh Perpustakaan Inggris, satu salinan kepunyaan Katedral Lincold, dan satu lagi berada di Katedral Salisbury.
Rencananya, pada 2015 mendatang Perpustakan Inggris akan membuat pameran tunggal untuk menyatukan keempat salinan yang tercecer tersebut. Acara itu sendiri akan berlangsung selama tiga hari sekaligus untuk merayakan 800 tahun dokumen sakti tersebut.
Selain untuk memperingati 800 tahun, pada acara tersebut diharapkan para peniliti Magna Carta dapat saling bertatap muka serta mencari kesepahaman terkait beberapa teks yang dianggap sudah mulai memudar.
Selain itu, para peneliti tersebut - yang kebanyakan sejarawan - dapat mencari petunjuk siapa penulis dokumen yang menginspirasi Revolusi Amerika Serikat.
Kurator senior untuk naskah kuno zaman pertengahan dan masa sebelumnya, Claire Breay, menyatakan, Magna Carta adalah barang paling populer dalam khazanah galeri perpustakaan, serta dihormati di belahan bumi mana pun yang memulai untuk membentuk pemerintahan yang berkonstitusi.
Piagam ini dikeluarkan oleh Raja John dalam rangka mengatasi krisisi politik yang menggelayut di langit kerajaan Inggris. Walaupun di era modern ini beberapa klausul ada yang dihapus, tidak lantas menghilangkan prinsip penting yang terkandung di dalamnya.
Secara terang-terangan, salah seorang uskup dari Katedral Salisbury memuji nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya, dan berharap dengan acara yang akan digagas pada 2015 itu bisa kembali meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan sosial dan piagam itu sendiri pastinya.
Seolah tidak mau kalah, sebagai bentuk penghormatan terhadap naskah itu, Katedral Lincoln berencana membangun Pusat Magna di kastil mereka.
(Moh. Habib Asyhad, )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar