Banyak yang meyakini atau menelan saja dogma ilmu pengetahuan bahwa peradaban dunia sekarang adalah peradaban manusia satu-satunya yang baru berkembang sejak sekitar 10.000 tahun lalu. Sebelum itu diyakini masih zaman primitif , manusia hidup di alam dan gua-gua sebagai para pemburu dan peramu (“hunterers and gatherers”). Atas keyakinan inilah seorang arkeolog senior ketika diwawancara METRO TV bersikukuh bahwa “impossible” ada produk peradaban tinggi di dunia yang usianya lebih tua dari Piramid Giza (~5000 tahun lalu) dan Budaya Mesopotamia (6000 tahun lalu) apalagi di Indonesia, dan berseloroh bahwa kalaupun ada maka yang buat harus mahluk UFO. Anehnya, sejalan dengan dogma ini dunia ilmiah mengakui bahwa tidak bisa memahami fenomena budaya hebat kuno seperti Piramid Giza dan “punden berundak” Machu Pichu.
Sampai sekarang belum ada penjelasan tuntas dari dunia ilmiah mainstream tentang bagaimana membuat piramid dan buat apa? Dengan enteng dunia hanya menyebutkan peninggalan-peninggalan kuno tersebut sebagai ‘keajaiban dunia’ (sebuah ungkapan implisit bahwa pengetahuan sejarah sekarang tidak bisa menjelaskannya). Akhirnya, pembuatan piramid oleh kalangan tertentu sering dikaitkan dengan keberadaan UFO, sedangkan para ilmuwan spanyol yang dulu meneliti Machu Pichu akhirnya frustasi dan menyimpulkan bahwa bangunan itu dibuat dengan bantuan setan. Kebingungan dunia ilmiah tentang sejarah peradaban manusia bertambah ketika dalam dua tahun terakhir ini di Gobekli Tepe, wilayah Turki ditemukan situs bangunan dari lempeng batu granit berukir dibawah sebuah bukit yang hebat dan besar berumur 11.600 tahun lalu ( http://www.gobeklitepe.info/ ) yang kondisinya dalam keadaan sudah ditimbun dengan sengaja oleh manusia pada sekitar 9000 tahun lalu. Namun para arkeolog yang tidak mau melawan dogma masih saja bilang walaupun gagap bahwa yang membuat monumen hebat dan menimbunnya itu adalah para “hunters and gatherers”. Untuk apa monumen Gobekli Tepe dibuat, itupun tidak diketahui pasti, namun seperti jawaban klise umumnya dikatakan adalah untuk tempat pemujaan. Umur Situs Gunung Padang dari lapisan tertuanya kelihatannya se-zaman dengan Gobekli Tepe ini. Hasil carbon dating dari tanah timbunan setebal 7 meteran di atas Situs Gunung Padang juga mengindikasikan umur sekitar 9000-an tahun lalu. Satu kesesuaian kronologi yang yang sangat menarik.
Yang kelihatannya jarang disimak atau difikirkan serius adalah fakta ilmiah bahwa spesies manusia modern (yang fisiknya persis seperti kita) sudah ada sejak sekitar 200.000 tahun lalu (fakta fossil), atau paling tidak sejak 140.000 tahun lalu (fakta analisa genetika-DNA). Artinya, apabila benar peradaban baru berkembang sejak 10.000 tahun lalu maka pertanyaan ilmiahnya: kenapa selama 130-190.000 tahun sebelumnya tidak berkembang? Mustahil orang hanya leha-leha saja di gua-gua, puas dengan main-main batu. Untuk yang senang dunia religi bisa juga direnungkan: “Benarkah Sang Khalik membiarkan mahluk paling sempurnanya untuk hidup sia-sia sekian lamanya”? Lebih konyol lagi dibanyak buku-buku literatur diajarkan bahwa Nabi Adam itu baru ada di Bumi setelah 10.000 tahun lalu, entah apa dasarnya. Kalau hal itu benar maka manusia sebelum Adam itu apa? Atau umat siapa? Apabila ada yang berargumen bahwa sebelum 10.000 tahun itu belum menjadi ‘manusia sempurna’ atau mahluk pra-manusia maka itu jelas mengada-ada karena kontradiktif dengan pengetahuan mainstream saat ini yang meyakini bahwa mahluk pra-manusia itu sudah punah sebelum 200.000 tahun lalu bukan sebelum 10.000 tahun lalu. Agama sebaliknya malah mengajarkan bahwa peradaban manusia sudah maju sejak dahulu kala tapi berkali-kali hancur oleh bencana katastrofi dahsyat seperti seperti dilustrasikan dalam kisah Nabi Nuh, Kaum Tsamud (Nabi Shaleh), Kaum Aad (Nabi Hud) dll. Sejarah geologi tentang letusan Toba sekitar 70.000 tahun mengajar kita bahwa populasi dunia hancur total mendekati punah lalu. Kisah Nabi Nuh juga mengatakan hal yang sama karena bencana banjir besar. Sayangnya dalam kitab suci memang tidak dikatakan waktu dan tempat kejadiannya, namun kalau saya disuruh untuk meletakkan kapan terjadinya banjir besar Nabi Nuh maka kemungkinan besar kejadiannya sebelum 8000 tahun lalu, karena setelah itu dalam sejarah geologi tidak ada lagi banjir besar yang melanda dunia.
Jadi, anti-thesis dari thesis bahwa perkembangan peradaban manusia itu baru sejak 10.000 tahun lalu adalah bahwa: “peradaban manusia itu sudah berkali-kali maju tapi berkali-kali pula hancur karena bencana besar sehingga umat setelahnya kembali membangun peradaban dari awal ”. Hal yang sama dikatakan dalam Naskah Critias-nya Plato. Tidak akan ada loncatan dalam perkembangan Ilmu pengetahuan apabila tidak ada temuan baru yang belum ada. Setiap temuan baru yang kontradiktif dengan pengetahuan yang ada akan selalu menuai kontroversi. Namun alangkah baiknya apabila kontroversi itu disampaikan ke masyarakat dengan benar, sehingga berguna dalam rangka memasyarakatkan budaya riset dan mencerdaskan bangsa. Data bawah permukaan dan analisa riset yang mengindikasikan adanya bangunan di bawah permukaan tidak sepantasnya di sejajarkan hanya dengan opini dan imajinasi ahli tanpa didukung data. Dengan kata lain, pihak yang berkeyakinan bahwa di bawah permukaan situs tidak ada lapisan peradaban harus juga didukung oleh data tidak dinyatakan “out of the blue” atau bahkan malah dengan arogan menuduh pihak lain tidak melakukan riset dengan benar. Isyu ‘kontroversi semu’ tidak membantu riset menjadi lebih seru, tajam dan komprehensif sebaliknya malah menjadi kontra-produktif. Kecuali kalau memang demikian tujuannya. Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar