KEPALA Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Simeulue, Julmufti mengatakan 80 persen benteng pertahanan Jepang di Simeulue terlantar. Padahal benteng-benteng ini sudah menjadi cagar budaya dan bisa dimanfaatkan untuk wisata sejarah di daerah kepulauan tersebut.
"80 persen benteng Jepang di Simeulue tidak terawat dan terlantar," kata Julmufti yang ditemui ATJEHPOSTcom, Sabtu 17 Agustus 2013.
Dari delapan unit cagar budaya itu, hanya dua di antaranya yang mendapat perhatian dari pemerintah yaitu benteng di Teupah Barat dan di Teupah Selatan. Sementara sisanya berada di Simeulue Tengah, Teupah Tengah dan Simeuleu Timur serta Simeulue Barat.
Kondisi ke enam benteng peninggalan Jepang itu mengalami kerusakan berat dan sudah terbenam ke dalam tanah. Beberapa benteng juga telah ditumbuhi tanaman liar dan dibakar warga.
Menurutnya untuk pemeliharaan, perawatan serta renovasi cagar budaya ini memerlukan duit sebesar Rp150 juta per unit. "Namun alokasi dananya tidak ada," ujar Julmufti.[](bna)
"80 persen benteng Jepang di Simeulue tidak terawat dan terlantar," kata Julmufti yang ditemui ATJEHPOSTcom, Sabtu 17 Agustus 2013.
Dari delapan unit cagar budaya itu, hanya dua di antaranya yang mendapat perhatian dari pemerintah yaitu benteng di Teupah Barat dan di Teupah Selatan. Sementara sisanya berada di Simeulue Tengah, Teupah Tengah dan Simeuleu Timur serta Simeulue Barat.
Kondisi ke enam benteng peninggalan Jepang itu mengalami kerusakan berat dan sudah terbenam ke dalam tanah. Beberapa benteng juga telah ditumbuhi tanaman liar dan dibakar warga.
Menurutnya untuk pemeliharaan, perawatan serta renovasi cagar budaya ini memerlukan duit sebesar Rp150 juta per unit. "Namun alokasi dananya tidak ada," ujar Julmufti.[](bna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar