Kebanyakan pemimpin pergerakan nasional kita memiliki sifat serupa: jujur, tahan menderita, dan rela menolong sesama. Secara individual pun karakter mereka cukup unik. Apa saja sifat unik mereka?
Ia ditangkap bersama para pembesar Republik saat Agresi Militer II di Yogyakarta (1949), dan dimasukkan ke Penjara Wirogunan. Tengah malam para tahanan politik diberi tahu, mereka akan "ditranspor" alias dihabisi di tengah jalan. Namun yang dipanggil hanya seorang, yaknik Hamid Algadri.
Hamid menghadap Kapten Vosveld, kepada intel yang terkenal ganas, yang saat itu agak mabuk. Hamid didesak mengajukan permintaan terakhir. Ternyata ia meminta koran bekas yang sudah dibaca serdadu penjaga penjara. Jawaban itu tidak memuaskan Vosveld, tapi dengan cerdik dan sopan Hamid berhasil melunakkan hati Pak Kapten.
“Saya lihat Kapten Vosveld sangat letih. Lebih baik acara kita dilanjutkan besok pagi saja,” katanya. Maka bebaslah ia dari ancaman maut.
Orang-orang yang berjasa menolong Hamid dalam perjuangan antara lain George M.T. Kahin yang sedang mempersiapkan disertasi tentang perjuangan rakyat Indonesia, dan seorang Indo-Belanda yang dijuluki Buck, yang pernah ditolong keluarga Algadri hingga lepas dari ancaman kempetai Jepang.
Truknya menyusuri trayek Tegal-Purwokerto untuk mengangkut garam dan kemenyan, lalu sekembalinya membawa gula jawa. Dari Jakarta-Bandung membawa muatan, diteruskan ke Cirebon membawa muatan lain, selanjutnya ke Tegal dan Purwokerto. Konon jalur paling berbahaya ialah antara Cirebon dan Bandung di Desa Prapatan. Anehnya, ia dan dua truknya tidak pernah diganggu, padahal konvoi dengan kawalan panser sering diberondong hingga jatuh korban jiwa.
Karena kesetiaannya kepada Republik, Bung Karno mengiriminya ucapan selamat pada ulang tahunnya yang ke-70.
Saat Wilopo menjabat Perdana Menteri dan Soemitro Djojohadikusumo menjabat Menteri Keuangan, keduanya memberlakukan kebijakan agar dalam sidang kabinet tidak disediakan makanan guna menghemat pengeluaran negara. Peserta sidang harus membeli dan membayar sendiri makanannya.
Alangkah bagusnya kalau keteladangan itu ditiru. Termasuk kebiasaan Ny. Wilopo yang selalu naik becak bila berbelanja. Adakah istri tokoh pemerintahan sekarang yang sesederhana dia?
(K. Tatik Wardayati, Intisari-online)
- Ainsyah Yahya, Orator Ulung Ranah Minang
- Hamid Algadri dan Transpor Tawanan Tengah Malam
Ia ditangkap bersama para pembesar Republik saat Agresi Militer II di Yogyakarta (1949), dan dimasukkan ke Penjara Wirogunan. Tengah malam para tahanan politik diberi tahu, mereka akan "ditranspor" alias dihabisi di tengah jalan. Namun yang dipanggil hanya seorang, yaknik Hamid Algadri.
Hamid menghadap Kapten Vosveld, kepada intel yang terkenal ganas, yang saat itu agak mabuk. Hamid didesak mengajukan permintaan terakhir. Ternyata ia meminta koran bekas yang sudah dibaca serdadu penjaga penjara. Jawaban itu tidak memuaskan Vosveld, tapi dengan cerdik dan sopan Hamid berhasil melunakkan hati Pak Kapten.
“Saya lihat Kapten Vosveld sangat letih. Lebih baik acara kita dilanjutkan besok pagi saja,” katanya. Maka bebaslah ia dari ancaman maut.
Orang-orang yang berjasa menolong Hamid dalam perjuangan antara lain George M.T. Kahin yang sedang mempersiapkan disertasi tentang perjuangan rakyat Indonesia, dan seorang Indo-Belanda yang dijuluki Buck, yang pernah ditolong keluarga Algadri hingga lepas dari ancaman kempetai Jepang.
- Mr. Tan Po Goan, Ogah Bersumpah Setia kepada Ratu Belanda
Truknya menyusuri trayek Tegal-Purwokerto untuk mengangkut garam dan kemenyan, lalu sekembalinya membawa gula jawa. Dari Jakarta-Bandung membawa muatan, diteruskan ke Cirebon membawa muatan lain, selanjutnya ke Tegal dan Purwokerto. Konon jalur paling berbahaya ialah antara Cirebon dan Bandung di Desa Prapatan. Anehnya, ia dan dua truknya tidak pernah diganggu, padahal konvoi dengan kawalan panser sering diberondong hingga jatuh korban jiwa.
- Douwes Dekker Tetap Republiken
Karena kesetiaannya kepada Republik, Bung Karno mengiriminya ucapan selamat pada ulang tahunnya yang ke-70.
- Mr. Wilopo dan Mikrofon Proklamasi
Saat Wilopo menjabat Perdana Menteri dan Soemitro Djojohadikusumo menjabat Menteri Keuangan, keduanya memberlakukan kebijakan agar dalam sidang kabinet tidak disediakan makanan guna menghemat pengeluaran negara. Peserta sidang harus membeli dan membayar sendiri makanannya.
Alangkah bagusnya kalau keteladangan itu ditiru. Termasuk kebiasaan Ny. Wilopo yang selalu naik becak bila berbelanja. Adakah istri tokoh pemerintahan sekarang yang sesederhana dia?
(K. Tatik Wardayati, Intisari-online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar