MAKAM terbuat dari marmer itu paling menonjol di antara puluhan makam dalam kompleks pemakaman tersebut. Makam itu juga tampak paling indah dengan ornamen dan motif-motif bersimbolkan kandil atau penerang.
Inilah makam untuk mengenang Al-Malikah Al-Mu’azhzhamah (ratu yang dipertuan agung) Nahrasyiyah binti Sultan Zainal ‘Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih (Sultan Malikussaleh).
Makam Malikah Nahrasyiyah lebih dikenal dengan sebutan Ratu Nahrisyah berada dalam kompleks pemakaman kesultanan periode kedua Kerajaan Islam Samudra Pasai, di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Malikah Nahrasyiyah dimakamkan di sisi ayahnya, Sultan Zainal ‘Abidin yang makamnya juga terbuat dari marmer. “Malikah Nahrasyiyah wafat 831 Hijriah atau 1428 Masehi. Pada makamnya terdapat inskripsi ayat-ayat Al-Qur’an, surah Yasin,” kata Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah dan kebudayaan Islam, , Minggu lalu.
Taqiyuddin Muhammad menyebutkan, dalam hadits yang dinukilkan Al-Baidhawiy pada tafsirnya, surah Yasin juga dinamakan dengan al-mu’immah (pencakup), ad-dafi’ah (penolak), al-qadhiyah (pemenuh).
Terpahatnya surah Yasin pada makam Malikah Nahrasyiyah, kata Taqiyuddin, barang kali memiliki suatu makna; seniman seolah hendak menyampaikan bahwa kebaikan Nahrasyiyah dan Samudra Pasai pada waktu itu meliputi sisi duniawi dan ukhrawinya (al-mu’immah), jauh dari marabahaya dan mampu mempertahankan dirinya (ad-dafi’ah), serta dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya (al-qadhiyah).
Menurut alumni Universitas Al-Azhar Kairo ini, surah Yasin juga jantung Al-Qur’an. “Mungkin, seniman yang memahat surah Yasin pada makam Malikah Nahrasyiyah juga ingin mengatakan bahwa Nahrasyiyah adalah jantung Samudra Pasai, dan Samudra Pasai ialah jantung bagi negeri-negeri Islam di Asia Tenggara,” ujar Taqiyuddin.
Sejauh penelitian yang sudah dilakukan Taqiyuddin bersama para asisten peneliti dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH), pahatan surah Yasin di makam bersejarah di Aceh hanya terdapat pada dua makam. Pertama, makam Malikah Nahrasyiyah, satu lagi makam Sultan ‘Alauddin ‘Inayat Syah (seorang sultan agung dari Aceh Darus-salam).
Adapun terjemahan inskripsi pada makam Nahrasyiyah:
Inilah pembaringan yang bercahaya lagi bersih bagi ratu yang dipertuan agung, yang dirahmati lagi diampuni Nahrasyiyah yang digelar dengan Ra-Bakhsya Khadiyu (sang penguasa berhati pemurah) binti sultan yang berbahagia lagi syahid Zainal ‘Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih, semoga ke atasnya dan ke atas mereka semua dilimpahkan rahmat dan keampunan. Ia meninggalkan negeri yang fana menuju sisi rahmat Allah pada tanggal hari Senin 17 bulan Zulhijjah 831 dari hijrah [Nabi saw].
Warga Desa Kuta Krueng, Ramlan Yunus menyebutkan, kompleks makam Malikah Nahrasyiyah sering dikunjungi pelajar dan kalangan masyarakat dari berbagai daerah di Aceh untuk kegiatan ziarah sekaligus ingin mengetahui sejarah ratu tersebut. Selain itu situs makam Nahrasyiyah juga sering dikunjungi wisatawan mancanegara.[]
Inilah makam untuk mengenang Al-Malikah Al-Mu’azhzhamah (ratu yang dipertuan agung) Nahrasyiyah binti Sultan Zainal ‘Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih (Sultan Malikussaleh).
Makam Malikah Nahrasyiyah lebih dikenal dengan sebutan Ratu Nahrisyah berada dalam kompleks pemakaman kesultanan periode kedua Kerajaan Islam Samudra Pasai, di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Malikah Nahrasyiyah dimakamkan di sisi ayahnya, Sultan Zainal ‘Abidin yang makamnya juga terbuat dari marmer. “Malikah Nahrasyiyah wafat 831 Hijriah atau 1428 Masehi. Pada makamnya terdapat inskripsi ayat-ayat Al-Qur’an, surah Yasin,” kata Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah dan kebudayaan Islam, , Minggu lalu.
Taqiyuddin Muhammad menyebutkan, dalam hadits yang dinukilkan Al-Baidhawiy pada tafsirnya, surah Yasin juga dinamakan dengan al-mu’immah (pencakup), ad-dafi’ah (penolak), al-qadhiyah (pemenuh).
Terpahatnya surah Yasin pada makam Malikah Nahrasyiyah, kata Taqiyuddin, barang kali memiliki suatu makna; seniman seolah hendak menyampaikan bahwa kebaikan Nahrasyiyah dan Samudra Pasai pada waktu itu meliputi sisi duniawi dan ukhrawinya (al-mu’immah), jauh dari marabahaya dan mampu mempertahankan dirinya (ad-dafi’ah), serta dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya (al-qadhiyah).
Menurut alumni Universitas Al-Azhar Kairo ini, surah Yasin juga jantung Al-Qur’an. “Mungkin, seniman yang memahat surah Yasin pada makam Malikah Nahrasyiyah juga ingin mengatakan bahwa Nahrasyiyah adalah jantung Samudra Pasai, dan Samudra Pasai ialah jantung bagi negeri-negeri Islam di Asia Tenggara,” ujar Taqiyuddin.
Sejauh penelitian yang sudah dilakukan Taqiyuddin bersama para asisten peneliti dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH), pahatan surah Yasin di makam bersejarah di Aceh hanya terdapat pada dua makam. Pertama, makam Malikah Nahrasyiyah, satu lagi makam Sultan ‘Alauddin ‘Inayat Syah (seorang sultan agung dari Aceh Darus-salam).
Adapun terjemahan inskripsi pada makam Nahrasyiyah:
Inilah pembaringan yang bercahaya lagi bersih bagi ratu yang dipertuan agung, yang dirahmati lagi diampuni Nahrasyiyah yang digelar dengan Ra-Bakhsya Khadiyu (sang penguasa berhati pemurah) binti sultan yang berbahagia lagi syahid Zainal ‘Abidin bin Sultan Ahmad bin Sultan Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih, semoga ke atasnya dan ke atas mereka semua dilimpahkan rahmat dan keampunan. Ia meninggalkan negeri yang fana menuju sisi rahmat Allah pada tanggal hari Senin 17 bulan Zulhijjah 831 dari hijrah [Nabi saw].
Warga Desa Kuta Krueng, Ramlan Yunus menyebutkan, kompleks makam Malikah Nahrasyiyah sering dikunjungi pelajar dan kalangan masyarakat dari berbagai daerah di Aceh untuk kegiatan ziarah sekaligus ingin mengetahui sejarah ratu tersebut. Selain itu situs makam Nahrasyiyah juga sering dikunjungi wisatawan mancanegara.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar