Pulau Sumatra yang selama ini diyakini dibentuk oleh komponen blok benua dan merupakan bagian dari Benua Eurasia, ternyata terbukti bukan merupakan sebuah segmen yang homogen dari tepian benua tersebut.
Bukti-bukti geokimia yang diambil di pulau ini mengindikasikan bahwa zona Patahan Sumatra merupakan sebuah zona subduksi purba (paleo subduction), tempat kerak samudra menunjam ke bawah tepian benua Eurasia. Ini berarti Patahan Sumatra tidak lain adalah sebuah crustal border yang menyebabkan ia mudah bergerak ketika didorong oleh gaya kompresi dari sistem subduksi yang sekarang.
Demikian hasil studi peneliti LIPI Iskandar Zulkarnain dalam orasinya Geokimia Batuan sebagai Jendela Proses Geologi Masa Lalu dan Lenter Pemandu dan Penemuan Endapan Logam. Orasi penelitian ini disampaikan dalam upacara pengukuhannya sebagai Profesor Riset Bidang Geologi dan Geofisika di Jakarta, Rabu (21/8).
Dengan adanya pemahaman baru ini, sejarah geologi Sumatra terbuka untuk direvisi dan diperbarui. Lebih lanjut Iskandar menyebut bahwa penelitian ini mengangkat arti penting dari analisa geokimia.
"Adanya analisa ini maka rantai panjang proses eksplorasi yang mahal dan lama dapat dipangkas hingga menjadi efisien," ujarnya.
Lukman Hakim sebagai Kepala LIPI menyebut hasil penelitian ini sebagai terobosan lewat pemahaman mendalam kimia batuan. Sekaligus jadi peluang baru memahami Patahan Sumatra. Penelitian unsur unik dari masing-masing wilayah juga dapat menjadi dasar pembaruan sejarah geologi sehingga dapat diperbarui dan direkonstruksi.
Selain pengukuhan Iskandar sebagai Profesor Riset, di waktu bersamaan ditetapkan pula Silvester Tursiloadi menjadi Profesor Riset Bidang Kimia Fisika. Orasinya berjudul Nanoteknologi untuk Sintpoatalis Aerogel Mesopori.
(Zika Zakiya)
Bukti-bukti geokimia yang diambil di pulau ini mengindikasikan bahwa zona Patahan Sumatra merupakan sebuah zona subduksi purba (paleo subduction), tempat kerak samudra menunjam ke bawah tepian benua Eurasia. Ini berarti Patahan Sumatra tidak lain adalah sebuah crustal border yang menyebabkan ia mudah bergerak ketika didorong oleh gaya kompresi dari sistem subduksi yang sekarang.
Demikian hasil studi peneliti LIPI Iskandar Zulkarnain dalam orasinya Geokimia Batuan sebagai Jendela Proses Geologi Masa Lalu dan Lenter Pemandu dan Penemuan Endapan Logam. Orasi penelitian ini disampaikan dalam upacara pengukuhannya sebagai Profesor Riset Bidang Geologi dan Geofisika di Jakarta, Rabu (21/8).
Dengan adanya pemahaman baru ini, sejarah geologi Sumatra terbuka untuk direvisi dan diperbarui. Lebih lanjut Iskandar menyebut bahwa penelitian ini mengangkat arti penting dari analisa geokimia.
"Adanya analisa ini maka rantai panjang proses eksplorasi yang mahal dan lama dapat dipangkas hingga menjadi efisien," ujarnya.
Lukman Hakim sebagai Kepala LIPI menyebut hasil penelitian ini sebagai terobosan lewat pemahaman mendalam kimia batuan. Sekaligus jadi peluang baru memahami Patahan Sumatra. Penelitian unsur unik dari masing-masing wilayah juga dapat menjadi dasar pembaruan sejarah geologi sehingga dapat diperbarui dan direkonstruksi.
Selain pengukuhan Iskandar sebagai Profesor Riset, di waktu bersamaan ditetapkan pula Silvester Tursiloadi menjadi Profesor Riset Bidang Kimia Fisika. Orasinya berjudul Nanoteknologi untuk Sintpoatalis Aerogel Mesopori.
(Zika Zakiya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar